Akidah (Keyakinan)

Bagian ini adalah bagian yang paling banyak diperhatikan dan ditekankan
dalam syari’at Al Qur’an. Bahkan permasalahan ini telah disatukan dengan
segala urusan setiap muslim dan dijadikan sebagai tujuan dari segala gerak
dan langkah kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Az Dzariyat: 56)
Dan pada ayat lain Allah berfirman,
 “Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini
(ajal/kematian).” (QS. Al Hijr: 99)
Inilah akidah Al Qur’an, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan
meninggalkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain-Nya, baik
peribadatan dengan pengagungan, kecintaan, rasa takut, harapan, ketaatan,
pengorbanan, atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
 “Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa’: 36)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam menjadi kuat dan perkasa
bak gunung yang menjulang tinggi ke langit, tak bergeming karena terpaan
angin atau badai. Akidah Al Qur’an mengajarkan mereka untuk senantiasa
yakin dan beriman bahwa segala yang ada di langit dan bumi adalah milik
Allah, tiada yang dapat menghalang-halangi rezeki yang telah Allah tentukan
untuk hamba-Nya dan tiada yang dapat memberi rezeki kepada orang yang
tidak Allah Ta’ala beri.
 “Apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk
kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 116)
Dan pada ayat lain Allah berfirman,
 “Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang
di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Thoha: 6)
Dengan keyakinan dan iman semacam ini, setiap muslim tidak akan pernah
menggantungkan kebutuhan atau harapannya kepada selain Allah, baik itu
kepada malaikat, atau nabi atau wali atau dukun atau ajimat. Tiada yang
mampu memberi atau mencegah rezeki, keuntungan, pertolongan atau lainnya
selain Allah Ta’ala:
 “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh
Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya
sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Fathir: 2)
Pada ayat lain Allah berfirman,
 “Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (kehendak) Allah jika
Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’
Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan
penolong selain Allah.” (QS. Al Ahzab: 17)
Dan bukan hanya menanamkan keimanan dan tawakal yang kokoh kepada
Allah semata, akan tetapi akidah Al Qur’an juga benar-benar telah
meruntuhlantahkan segala keterkaitan, ketergantungan, mistik, takhayul dan
segala bentuk kepercayaan kaum musyrikin kepada sesembahan selain Allah,
sampai-sampai digambarkan bahwa sesembahan -atau apapun namanyaselain
Allah tidak berdaya apapun bila ada seekor lalat yang merampas
makanan mereka. Mereka tidak akan pernah mampu menyelamatkan makanan
yang telah terlanjur dirampas oleh lalat, seekor mahluk lemah dan hina.
 “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekalikali
tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal
Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat
lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj: 73-74)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan bahwa sumber kelemahan dan kegagalan
umat manusia ialah karena mereka jauh dari pertolongan dan bimbingan Allah,
semakin mereka menjauhkan diri dari Allah dan semakin menggantungkan
harapannya kepada selain-Nya maka semakin rusak dan hancurlah harapan
dan kepentingannya,
 “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah
bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin: 6)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa memiliki
keyakinan yang kokoh bahwa tidaklah ada di dunia ini yang mampu mengetahui
hal yang gaib selain Allah. Sehingga dengan keimanan semacam ini umat islam
terlindungi dari kejahatan para dukun, tukang ramal dan yang serupa.
 “Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui kapankah
mereka akan dibangkitkan.” (QS. Fathir: 65)
Dengan akidah Al Qur’an ini, seseorang akan memiliki kejiwaan yang tangguh,
pemberani dan bersemangat tinggi, pantang mundur dan tak kenal putus asa
dalam menjalankan roda-roda kehidupan dan mengarungi samudra kenyataan.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan kepada saudara
sepupunya akidah Al Qur’an di atas dengan sabdanya,
يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا
استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد
كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت
الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي والحاكم
“Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at)
Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah
senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah
kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya
bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak
akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah
Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk
mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu
selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam
(pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR.
Ahmad, dan At Tirmizi)

~ oleh Vandi Al-faqir pada 11/03/2011.

Tinggalkan komentar